Friday, May 16, 2014

Politik Adu Domba, Musuh Indonesia untuk Adil, Makmur, dan Sejahtera



Politik Adu Domba, Musuh Indonesia untuk Adil, Makmur, dan Sejahtera
Oleh Ridwan Purwanto
Pengamat Komunikasi Antar Budaya



Jika mendengar Politik Adu Domba, sebagian besar bangsa Indonesia pasti mengetahuinya. Bagaimana tidak dengan politik ini kita mengalami dijajah 350 tahun oleh Belanda dan 3,5 Tahun oleh Jepang.
Pengertian Adu Domba atau dikenal juga sebagai politik pecah belah dalam bahasa Belanda devide et impera adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. Dalam konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat (http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_pecah_belah).
Historis Politik Adu Domba di Indonesia
Adu Domba di Masa Penjajahan
Di jaman Penjajahan Politik Adu Domba di canangkan oleh penjajah Belanda agar rakyat indonesia tidak bersatu dan bisa dijajah selama mungkin. Di jaman penjajah ini sangat kelihatan sekali pihak yang menghembuskan politik ini yaitu penjajah Belanda.
Kondisi Bangsa Indonesia yang kepulauan ini dan sangat majemuk suku bangsa dan agama menjadi keunggulan namun di mata Belanda menjadi salah satu titik lemah yang bisa dimanfaatkan untuk dipecah belah.
Politik ini sudah terbukti handal untuk membendung perlawanan para Pahlawan kita dari Sabang sampai Merauke. Bahkan Pahlawan Kita yang terkenal dengan kesaktiannya pun kalah juga dengan politik adu domba ini.
Politik Adu Domba ini bisa dilawan dengan Persatuan dan Kesatuan, hal ini dibuktikan dengan lahirnya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Sejak itu peran pemuda Indonesia mulai sadar pentingnya persatuan dan kesatuan, perlawanan secara sendiri-sendiri akan mudah dilumpuhkan oleh Belanda.
Dan Akhirnya dengan Persatuan dan Kesatuan itu Adu Domba bisa kita redam.
Adu Domba di Jaman Kemerdekaan
Adu domba ini secara tidak sadar di jaman setelah merdeka dan hingga saat ini masih menjadi strategi yang jitu untuk kembali membuat Indonesia tidak maju-maju. Disaat negara-negara tetangga kita sudah mulai berbenah menuju negara Maju kita masih saja berkutak menjadi negara berkembang. Politik ini sudah mendarah daging disemua lini kehidupan bangsa, isu-isu untuk menimbulkan perpecahan ini sering digelontorkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab agar membuat ricuh negara Indonesia.
Di jaman kepemimpinan Soekarno, adu domba juga mulai tumbuh kembali hal ini dengan lahirnya beberapa pemberontakan yang merasa tidak puas dengan kepemimpinan Soekarno. Dan puncaknya di pemberontakan G-30 SPKI semakin terlihat politik perpecahan itu di Indonesia. Pemberontakan-pemberontakan ini yang akhirnya menggangu jalannya pembangunan di Indonesia di era Soekarno. Meskipun konflik dan pemberontakan bisa dituntaskan.
Di jaman kepemimpinan Soeharto, politik adu domba sedikit diredam dengan program-program misalnya Transmigrasi, TVRI menjadi Media Central, di jaman ini pemerintah begitu menguasai, dan berperan sekali bisa menindak organisasi, atau sekelompok pihak yang disinyalir bisa menggerogoti pemerintah untuk segera di tindak, tak hayal kalau selama 32 tahun pemerintahan Soeharto berkuasa. Meski dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya yang tidak kami bahas di sini, namun secara pengendalian politik adu domba terlihat berhasil meredam konflik tersebut.
Isu-isu adu domba bisa diminimalisir karena media yang ada di Indonesi masih sedikit. Kebebasan pers juga belum sebebas sekarang ini. Masih ingat kita dengan Slogan TVRI, “Menjalin Persatuan dan Kesatuan”. Slogan itu begitu dekat dengan kita untuk selalu mengingatkan pentingnya menjalin persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan indonesia yang sejahtera, meski akhirnya juga belum bisa karena praktek KKN oleh rezim ini.  
Adu Domba di Jaman Reformasi dan Era Digital
Isu krusial hingga jatuhnya rezim Soeharto adalah karena Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Isu ini yang menjadi pemersatu para anak bangsa untuk menurunkan, bahwa pemerintahan di anggap gagal memerangi KKN dan mensejahterakan rakyat.
Adu domba di sini bisa kita lihat perpecahan pihak yang membela pemerintah dan para reformis. Dan akhirnya terjadi sudah reformasi. Tepat 12 Mei  2014 ini reformasi sudah berjalan 16 tahun. Banyak perubahan di Indonesia baik pembangunan dan perekonomian bangsa kita.
Namun wajah Adu Domba tetap ada membayangi bangsa Indonesia dengan bebagai isu-isu, baik isu sosial, ekonomi, politik, budaya, hingga isu SARA yang selalu memcah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Isu-isu Adu Domba jaman dulu banyak di lontarkan dengan cara yang lambat hanya dengan pergerakan kelompok-kelompok hingga meledak. Namun kini isu-isu untuk memecah persatuan dan kesatuan begitu cepat dengan hadirnya media internet. Jejaring social media menjadi media yang bergitu cepat membroadcast pesan-pesandari pihak yang ingin memecah persatuan dan kesatuan.
Sekali klik pesan yang di share akan tersebar ke khalayak umum, dan apabila khalayak tidak bisa menyaring maka akan tersulut juga api kebencian yang bisa memcah persatuan dan kesatuan bangsa.
Kalau kita melihat ke belakang bangsa kita ini sudah lama terpuruk oleh ulah pihak-pihak yang tidak ingin bangsa Indoensia yang kaya raya ini maju. Menjelang pemilu dan Pilpres isu-isu untuk memecah rakyat akan semakin banyak. Dan media internet menjadi salah satu media yang turut andil menyebarkan. Begitulah sisi lain internet yang disalah artikan.
Adu domba kini telah menjelma di dunia digital untuk kembali mengubur tujuan nasional bangsa Indonesia yang tertuang di UUD 1945 yaitu; melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahtetaan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Penyebar isu adu domba di era saat ini begitu kelihatan dari status user name, namun user name tersebut seolah nama palsu belaka. Saai ini penyebar begitu sulih ditebak apaka saudara kita sendiri atau oleh pihak asing yang tidak menginginkan bangsa kita maju. Pihak itu sulit kita temukan, seolah-oleh akita seperti perang saudara sendiri. Pak Karno juga pernah berpesan, “Musuh di jaman penjajahan jelas yaitu penjajah Belanda, namun musuh kalin di jaman kemerdekaan susah di ketahui karena musuhnya adalah saudara sendiri.”.
Cita-cita kita sebagai bangsa harus kalah oleh pihak-pihak entah itu asing atau musuh dalam selimut kita sendiri dengan Politik Adu Domba ini. Semoga di tahun 2014 ini merupakan titik awal lagi kita sadar penting persatuan dan kesatuan untuk Indonesia yang lebih maju tanpa adu domba.
Tagline Adu Domba tak ada matinya dengan berbagai wujudnya di eranya. Hingga kapan bangsa kita akan mudah tersulut oleh isu-isu perpecahan? Hingga kapan bangsa ini terus jalan ditempat saja oleh Adu Domba. Hingga kapan bangsa ini akan menemukan momentum untuk kembali sadar perlunya persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan Indonesia untuk Adil, Makmur, dan Sejahtera tanpa memandang suku, agama, ras, golongan, partai?. Semoga rakyat Indonesia semakin cerdas untuk tidak ter-Adu Domba di era AFTA 2015. Semoga!!.


No comments: