Friday, January 17, 2014

Bukit Kampung Air Mulai Gundul, Dimanakah Daerah Resapan Air di Pusat Kota Batam?



Bukit Kampung Air Mulai Gundul,
Dimanakah Daerah Resapan Air di Pusat Kota Batam?

Ridwan Purwanto, S. Sos
Pengajar Komunikasi Di Kota Batam
(Artikel ini Pernah di Kirimkan ke Batam Pos Namun Tak di Terbitkan, 
Kondisi Banjir Tanggal 11 Januari 2014, sebagai Pelajaran Berharga, seperti yang di Ulas di Artikel ini)

 Saat puasa Ramadhan tahun ini pernah suatu hari sore-sore hujan begitu deras sekali mengguyur di Batam Centre sekitar 2-3 jam hujan. Suara guntur yang besar dan petir menyambar-nyambar menjadikan hujan kala itu semakin seram.
Saya terpaksa tidak bisa pulang menunggu hujan reda dan petir menghilang. Takut juga kalau memaksakan diri dengan petir yang menyambar-nyambar itu. Sudah banyak cerita bahwa di Kepri ini orang banyak tersambar petirkan!

Hujan Banjir dimana-mana
Pusat Kota Batam yang nota benenya sebagai pusat perkantoran diguyur hujan sebentar saja sudah mulai kebanjiran dimana-mana. Bukan hanya Ayu Ting-Ting saja yang kebingunan “Kemana, oh Kemana! Saya juga kebingungan harus mencari jalan menuju ke rumah.
Hujan sudah mulai reda masih hujan rintih-rintih saya pulang dengan motor pilihan saya dari Kampus Politeknik ke Bengkong memilih melewati Mitra Raya karena saya lihat di depan Global biasanya sudah banjir, saya lewat daerah Citra Batam juga sudah banjir, terpaksa saya memutar kembali karena daerah Yos Sudarso juga juga sudah banjir, saya kembali ke arah Batam Centre.
Saat itu mulai banyak motor dan mobil yang mogok. Untung motor tua saya bisa bertahan tidak mogok meski dengan pelan-pelan gasnya saya stabilkan dengan masuk gigi satu saja bisa keluar dari jebakan banjir dan pohon tumbang di dekat Perumahan Centre Point dan dekat mitra raya dan air sudah tinggi sekitar satu dengkul disepanjang jalan Citra Batam.
Akhirnya saya dan bisa keluar bisa jalan ke arah Batam Centre dan di dekat Sekolah Global yang jalanan agak menurun itu deras sekali air dari atas. Sampai di simpang Masjid Raya juga banjir melanda.
Meskipun Hujan itu fenomena alam yang bisa saja terjadi dan susah ditolak namun kalau kita tidak antisipasi dengan sarana saluran air serta peresapan yang kurang baik bisa berakibat fatal air yang begitu banyak tidak tertampung di saluran air menuju ke pantai.
Batam Centre kini mulai menjelma menjadi sebuah pusat perkantoran dan bisnis yang vital. Kita juga sering melihat Kantor Walikota tergenang air, Kantor Dispenda dan kantor-kantor lain di Batam Centre ini tergenang cukup dalam saat hujan tiba.
Evaluasi Saluran Air
Kita semua mungkin sudah tahu kalau saluran air atau parit disepanjang Batam Centre masih kecil-kecil tentu saja begitu hujan deras pasti tidak bisa menampung air yang banyak. Kalau kita banding dengan kota yang lebih tua misalnya Yogjakarta atau  Solo. Saluran air itu terletak di bawah trotoar yang sangat besar bahkan kita bisa berdiri di dalamnya.
Kapan kota Batam ini mulai membangun saluran air yang terintegrasi dengan trotoar yang nyaman untukl pejalan kaki juga pari di bawahnya bisa menampung air hujan yang banyak. Kalau tidak kita mulai sekarang kita bisa bayangkan mungkin kita akan melihat seperti bundaran Hotel Indonesia Jakarta saat banjir kemarin terjadi suatu saat kalau tidak segera di evaluasi dan diperbaiki bisa juga Batam Centre akan tenggelam banjir.
Daerah Peresapan Air dan Ruang Terbuka Hijau di Pusat Kota
Kita melihat di Batam Centre ada bukit Clara yang kini sudah di branding tulisan “Welcome To Batam” semoga daerah bukit Clara bisa kembali hijau menjadi daerah resapan air dan sarana publik untuk berolahraga dan menghijau menghiasi pemandangan Kota Batam.
Dataran Engku Putri sudah diperbaiki menjadi sarana publik yang mulai nyaman kita bisa melihat setiap hari baik pagi dan sore cukup ramai para anak-anak muda, anak kecil dan orang tua bisa beraktifitas di Dataran atau Alun-alun Engku Putri. Sarana olahraga juga mulai dilengkapi oleh Pemko Batam.
Bukit yang di tumbuhi pohon-pohon yang hijau sebagai daerah resapan air ini tentu saja menjadi penting dan wajib hukumnya agar air hujan bisa meresap ke dalam tanah dan bisa mengurangi air hujan yang keluar ke jalan dan masuk ke parit.
Bukit yang sudah hijau bisa dimanfaatkan menjadi ruang publik atau terbuka yang dimanfaatkan oleh warga Batam sebagai tempat olahraga, bermain anak-anak, acara-acara pemerintah yang bersifat back to nature. Kedepan tentu saja Batam Centre menjadi Ikon Wisata Alam karena tidak semua kota di Indonesia dan dunia masih ada Bukit yang masih asri hijau, yang lokasinya di pusat kota. Hal ini tentu saja menjadi sebuah aset harus dipertahankan di segera di bangun.
Bukit Kampung Air Gundul
Usaha untuk menghijaukan daerah Engku Putri kesannya akan sia-sia kalau bukit-bukit sekitarnya masih saja di pangkas, digunduli, diratakan tanahnya untuk apa kita tahu juga apa kebutuhan pembangunan atau keperluan lain?.
Kita bisa melihat saat ini sedang dilakukan pemotongan bukit Kampung Air yang di dekat kampung Air yang ada di belakang kampus Politeknik Negeri Batam ada danau untuk menampung air.
Bukit yang gundul tentu saja daerah resapan air di Pusat Kota semakin hilang, danau untuk menampuang air sudah tidak mampu menampung air hujan yang besar. Ditambah kondisi parit yang masih kecil tentu saja akan menambah parahnya banjir yang akan terjadi di Pusat Kota Batam yang kita cintai ini.
Pembangunan sebuah kota yang baik tentu saja pembangunan yang tidak mengorbankan lingkungan yang bisa berakibat fatal di kemudian kelak. Suara-suara rakyat di kedai kopi saja mungkin tidak cukup ampuh bisa merubah kebijakan sang pemimpin yang memmpunyai kekuatan dan kebijakan arah pembangunan kota ini.
Wakil rakyat atau para pejabat mungkin juga sudah tahu dan bisa memprediksikan kondisi kota Batam ini ke depan kalau kondisi seperti ini masih saja diteruskan. Namun prediksi ini hanya sebuah prediksi langkah nyata penyelamatan dan peninjauan kembali pembangunan di bukit-bukit yang menjadi resapan bisa di tinjau kembali. Jangan sampai SK Menteri Kehutanan No. 463 yang lagi heboh saat ini tentang Kawasan Hutan Lindung itu akan terjadi kembali di daerah Batam Centre ya, meskipun saat ini masih diusahakan untuk ditinjau kembali.
Tulisan-tulisan dari para rakyat yang peduli ini semoga semakin banyak bisa tertorehkan dan bisa dibaca oleh banyak orang dan bisa menambah wacana keilmuan dan kepedulian kita terhadap lingkungan sekitar kita dan kondisi lain di Kota Batam.
2014 Tahun Politik, Apakah ada Calon Wakil Rakyat yang Peduli Lingkungan?
Para calon wakil rakyat di Kota Batam sudah ditentukan siapa saja yang akan maju di Pemilu Tahun 2014. Kita tidak pernah melihat salah satu calon yang peduli dengan lingkungan. Hanya bisa memamerkan wajah-wajah manis di spanduk dan billboard di simpang-simpang. Daripada untuk membayar reklame yang mahal tersebut kan bisa digunakan untuk kegiatan amal untuk konservasi lingkungan yang telah rusak oleh pembangunan yang tidak selaras dengan alam.
Calon wakil rakyat yang banyak ini kita tidak bisa menebak apa sebenarnya tujuan utama mereka menjadi wakil rakyat? Menjadi pelayan rakyat? Atau ingin dilayani rakyat? Atau ingin juga merampok rakyat? atau yang benar-benar tulus untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, hanya mereka sendiri dan tuhan yang tahu!
Kita hanya bisa berharap kedepan di 2014 yang terpilih ada yang peduli dengan lingkungan dan pembangunan diselaraskan dengan alam. Sehingga Kota Batam akan menjadi kota metropolitan yang selaras dengan alam itu sendiri.
Kita sebagai warga Batam tentu saja berharap semoga salah satu Ikon Kota Batam dataran Engku Putri dan pusat perkantoran di Kota Batam tidak bernasib sama seperti di Jakarta yang tenggelam oleh air bersama lumpur kalau saja kita semua, pemerintah Kota Batam dan BP Batam bisa menjaga keseimbangan alam dengan menjaga Bukit di Pusat Kota Batam sebagai daerah resapan air dan segera membangun saluran air yang cukup besar bisa menampung air hujan.
Kita tidak ingin Kota Batam yang terkenal dengan kota Industrinya, kemudian hari akan di kenal dengan Kota Banjir. Ayo kita semua untuk semakin peduli dengan lingkungan kita, lingkungan yang akan kita wariskan ke anak cucu kita.

No comments: