Politik Adu Domba,
Musuh Indonesia untuk Adil, Makmur, dan Sejahtera
Oleh Ridwan Purwanto
Pengamat Komunikasi Antar Budaya
Jika mendengar Politik Adu Domba,
sebagian besar bangsa Indonesia pasti mengetahuinya. Bagaimana tidak dengan
politik ini kita mengalami dijajah 350 tahun oleh Belanda dan 3,5 Tahun oleh
Jepang.
Pengertian Adu Domba atau dikenal
juga sebagai politik pecah belah dalam bahasa Belanda devide et impera adalah kombinasi
strategi politik,
militer,
dan ekonomi
yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok
besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. Dalam
konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil
untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat (http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_pecah_belah).
Historis Politik Adu Domba di Indonesia
Adu Domba di Masa Penjajahan
Di jaman Penjajahan Politik Adu
Domba di canangkan oleh penjajah Belanda agar rakyat indonesia tidak bersatu
dan bisa dijajah selama mungkin. Di jaman penjajah ini sangat kelihatan sekali
pihak yang menghembuskan politik ini yaitu penjajah Belanda.
Kondisi Bangsa Indonesia yang
kepulauan ini dan sangat majemuk suku bangsa dan agama menjadi keunggulan namun
di mata Belanda menjadi salah satu titik lemah yang bisa dimanfaatkan untuk
dipecah belah.
Politik ini sudah terbukti handal
untuk membendung perlawanan para Pahlawan kita dari Sabang sampai Merauke.
Bahkan Pahlawan Kita yang terkenal dengan kesaktiannya pun kalah juga dengan
politik adu domba ini.
Politik Adu Domba ini bisa
dilawan dengan Persatuan dan Kesatuan, hal ini dibuktikan dengan lahirnya
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Sejak itu peran pemuda Indonesia mulai sadar
pentingnya persatuan dan kesatuan, perlawanan secara sendiri-sendiri akan mudah
dilumpuhkan oleh Belanda.
Dan Akhirnya dengan Persatuan dan
Kesatuan itu Adu Domba bisa kita redam.
Adu Domba di Jaman Kemerdekaan
Adu domba ini secara tidak sadar
di jaman setelah merdeka dan hingga saat ini masih menjadi strategi yang jitu
untuk kembali membuat Indonesia tidak maju-maju. Disaat negara-negara tetangga
kita sudah mulai berbenah menuju negara Maju kita masih saja berkutak menjadi
negara berkembang. Politik ini sudah mendarah daging disemua lini kehidupan
bangsa, isu-isu untuk menimbulkan perpecahan ini sering digelontorkan oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab agar membuat ricuh negara Indonesia.
Di jaman kepemimpinan Soekarno,
adu domba juga mulai tumbuh kembali hal ini dengan lahirnya beberapa
pemberontakan yang merasa tidak puas dengan kepemimpinan Soekarno. Dan
puncaknya di pemberontakan G-30 SPKI semakin terlihat politik perpecahan itu di
Indonesia. Pemberontakan-pemberontakan ini yang akhirnya menggangu jalannya
pembangunan di Indonesia di era Soekarno. Meskipun konflik dan pemberontakan
bisa dituntaskan.
Di jaman kepemimpinan Soeharto,
politik adu domba sedikit diredam dengan program-program misalnya Transmigrasi,
TVRI menjadi Media Central, di jaman ini pemerintah begitu menguasai, dan
berperan sekali bisa menindak organisasi, atau sekelompok pihak yang disinyalir
bisa menggerogoti pemerintah untuk segera di tindak, tak hayal kalau selama 32
tahun pemerintahan Soeharto berkuasa. Meski dengan berbagai kelebihan dan
kekurangannya yang tidak kami bahas di sini, namun secara pengendalian politik
adu domba terlihat berhasil meredam konflik tersebut.
Isu-isu adu domba bisa
diminimalisir karena media yang ada di Indonesi masih sedikit. Kebebasan pers
juga belum sebebas sekarang ini. Masih ingat kita dengan Slogan TVRI, “Menjalin
Persatuan dan Kesatuan”. Slogan itu begitu dekat dengan kita untuk selalu
mengingatkan pentingnya menjalin persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan
indonesia yang sejahtera, meski akhirnya juga belum bisa karena praktek KKN
oleh rezim ini.
Adu Domba di Jaman Reformasi dan Era Digital
Isu krusial hingga jatuhnya rezim
Soeharto adalah karena Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Isu ini yang
menjadi pemersatu para anak bangsa untuk menurunkan, bahwa pemerintahan di
anggap gagal memerangi KKN dan mensejahterakan rakyat.
Adu domba di sini bisa kita lihat
perpecahan pihak yang membela pemerintah dan para reformis. Dan akhirnya
terjadi sudah reformasi. Tepat 12 Mei
2014 ini reformasi sudah berjalan 16 tahun. Banyak perubahan di
Indonesia baik pembangunan dan perekonomian bangsa kita.
Namun wajah Adu Domba tetap ada
membayangi bangsa Indonesia dengan bebagai isu-isu, baik isu sosial, ekonomi,
politik, budaya, hingga isu SARA yang selalu memcah persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia.
Isu-isu Adu Domba jaman dulu
banyak di lontarkan dengan cara yang lambat hanya dengan pergerakan
kelompok-kelompok hingga meledak. Namun kini isu-isu untuk memecah persatuan
dan kesatuan begitu cepat dengan hadirnya media internet. Jejaring social media
menjadi media yang bergitu cepat membroadcast pesan-pesandari pihak yang ingin
memecah persatuan dan kesatuan.
Sekali klik pesan yang di share
akan tersebar ke khalayak umum, dan apabila khalayak tidak bisa menyaring maka
akan tersulut juga api kebencian yang bisa memcah persatuan dan kesatuan
bangsa.
Kalau kita melihat ke belakang
bangsa kita ini sudah lama terpuruk oleh ulah pihak-pihak yang tidak ingin
bangsa Indoensia yang kaya raya ini maju. Menjelang pemilu dan Pilpres isu-isu
untuk memecah rakyat akan semakin banyak. Dan media internet menjadi salah satu
media yang turut andil menyebarkan. Begitulah sisi lain internet yang disalah
artikan.
Adu domba kini telah menjelma di
dunia digital untuk kembali mengubur tujuan nasional bangsa Indonesia yang
tertuang di UUD 1945 yaitu; melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahtetaan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Penyebar isu adu domba di era
saat ini begitu kelihatan dari status user name, namun user name tersebut
seolah nama palsu belaka. Saai ini penyebar begitu sulih ditebak apaka saudara
kita sendiri atau oleh pihak asing yang tidak menginginkan bangsa kita maju.
Pihak itu sulit kita temukan, seolah-oleh akita seperti perang saudara sendiri.
Pak Karno juga pernah berpesan, “Musuh di jaman penjajahan jelas yaitu penjajah
Belanda, namun musuh kalin di jaman kemerdekaan susah di ketahui karena
musuhnya adalah saudara sendiri.”.
Cita-cita kita sebagai bangsa
harus kalah oleh pihak-pihak entah itu asing atau musuh dalam selimut kita
sendiri dengan Politik Adu Domba ini. Semoga di tahun 2014 ini merupakan titik awal lagi kita sadar penting
persatuan dan kesatuan untuk Indonesia yang lebih maju tanpa adu domba.
Tagline Adu Domba tak ada matinya
dengan berbagai wujudnya di eranya. Hingga kapan bangsa kita akan mudah
tersulut oleh isu-isu perpecahan? Hingga kapan bangsa ini terus jalan ditempat
saja oleh Adu Domba. Hingga kapan bangsa ini akan menemukan momentum untuk
kembali sadar perlunya persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan Indonesia untuk Adil, Makmur, dan
Sejahtera tanpa memandang suku, agama, ras, golongan, partai?. Semoga rakyat
Indonesia semakin cerdas untuk tidak ter-Adu Domba di era AFTA 2015. Semoga!!.
No comments:
Post a Comment